Model Pembelajaran



                          MODEL PEMBELAJARAN

Usaha untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar siswa. Berikut beberapa pendapat para pakar pendidikan mengenai definisi dan maksud model pembelajaran.




Menurut komarudin, model diartikan sebagai berikut.

  “Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1). Suatu tipe atau desain; (2). Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat langsung diamati; (3). Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan iferensi-iferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4). Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realita yang disederhanakan; (5). Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; (6). Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya”.[1]   

  Menurut Joyce dan Weil, model pembelajaran adalah sebagai berikut. 

   “Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pengajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Sebab model-model ini menyediakan alat-alat belajar yang diperlukan bagi para siswa.”[1]    

 Menurut Kardi, model pembelajaran adalah sebagai berikut.   

 “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang merupakan prosedur sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merancang dalam melaksanakan pembelajaran.”[2]
 

 SUMBER ;

[1]Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung : Alfabeta, Tanpa Tahun 

[2]Sulis Stianingsih, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Model 5E Untuk meningkatkan Proses Berpikir Ilmiah Siswa Kelas X SMA Negeri Jekan Raya Palangka Raya Pada Konsep Metode Ilmiah Tahun Ajaran 2007/ 2008, Skripsi : FKIP UNPAR, 2007




  MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 

  A. Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD
1.   Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif  tipe Student Teams Achievement Division (STAD)  merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif  dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
2.   Persiapan Sebelum Kegiatan Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif  tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut yang harus dipersiapkan yaitu perangkat pembelajaran, membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, dan kerja kelompok.
a.   Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini, perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
b.   Membentuk Kelompok Kooperatif
Menentukan kelompok kooperatif diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu;
1)   Siswa dalam kelas terlebih dahulu diranking sesuai kepandaiannya dalam mata pelajaran sains biologi. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan sains biologi dan digunakan untuk mengelompokkan siswa kedalam kelompok.
2)   Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, kelompok bawah. Kelompok atas 25 % dari seluruh siswa  yang diambil dari ranking satu, kelompok tengah 50 % dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25 % dari seluruh siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c.    Menentukan Skor Awal
Skor awal yang digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil masing-masing individu dapat dijadikan skor awal. 
d.   Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
e.    Kerja Kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif  tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.[1]
3.   Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase dalam  pembelajaran ini tersajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1
Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase
Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan/ menyampaikan informasi.

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.[2]

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.
a.   Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin, untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2
Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes
Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal…
0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal…
10 poin
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal…
20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor awal…
30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)
30  poin[3]

b.   Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada Tabel 2.3 sebagai berikut.
Tabel 2.3
Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata Tim
Predikat
0 ≤ ×≤  5
-
5 ≤ ×≤ 15
Tim baik
15 ≤ ×≤ 25
Tim hebat
25 ≤ ×≤ 30
Tim super[4]

c.    Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/ penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.[5]


[1] [2] [3] [4] [5] Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik, Surabaya: Prestasi Pustaka publizer, 2007

No comments :

Post a Comment