Tuesday, December 24, 2013

Belajar Mengajar Menurut Al-Qur'an dan Hadits



MOTTO PENDIDIKAN

تََعَلَّمُوا الْعِلْمَ، فَاِنَّ تَعَلُّمَهُ قُرْبََةٌ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ، وَ تَعْلِيْمُهُ لِمَنْ لاَ يَعَلَّمُهُ صَدَقَةٌ، وَ اِنَّ الْعِلْمَ لِيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِى مَوْضِعِ الشَّرَفِ وَ الرِّفْعَةِ، وَ اْلعِلْمُ زَيْنٌ ِلاَهْلِهِ فِى الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ. (الرببع)


Artinya : “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat”. (Hadits Riwayat Ar-rabii’i)


Pelaksanaan Pembelajaran



 Rasulallah SAW bersabda dalam haditsnya, yang artinya sebagai berikut ; 
Artinya :”apabila muncul bid’ah-bid’ah ditengah-tengah umatku wajib atas sorang ‘alim menyebarkan ilmunya (yang benar). Kalau tidak melakukannya maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Tidak akan diterima sedekahnya dan kebaikan amalnya”.(H.R.Ar-rabii)

Hadits di atas menjelaskan bahwa kata-kata bid’ah merupakan suatu perbuatan yang menyimpang atau ajaran yang menyalahi ajaran yang benar, ini merupakan persoalan atau gangguan dalam proses penyebaran ilmu yang benar. Rasulallah SAW mewajibkan seorang alim (mengetahui) yang sekaligus sebagai pelaku pendidik Islam dalam menyebarkan ilmu yang benar untuk mengelola dalam meluruskan dan mengembalikan ajaran yang salah tersebut ke arah kesucian dan kemurnian ajaran agama Islam yang benar sesuai Al-Qur’an dan Hadits, sehingga kondisi kembali kondusif dan optimal sehingga tujuan penyebaran pendidikan agama Islam dapat dicapai dan memungkinkan seluruh umat untuk belajar dengan baik tanpa ada keraguan-raguan lagi.[1]
Hadits tersebut menjelaskan dan mengisyaratkan adanya kewajiban seorang pendidik (alim) agar mampu mengelola dan menciptakan lingkungan pembelajaran agar tetap kondusif dan mengembalikannya bila terjadi gangguan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan Rasulallah SAW dan bahasan di bagian sebelumnya. Mengelola lingkungan pembelajaran merupakan kompetensi seorang pendidik yang harus dimiliki  dan kompetensi ini menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran berlangsung. Kompetensi ini tidak muncul dengan sendirinya melainkan melalui proses pendidikan dan pengalaman mengajar.[2]


[1]M. Faiz Almath, Qobasun min Nuri Muhammad SAW (1100 Hadits Terpilih; Sinar Ajaran Muhammad); Penterjemah A.Aziz Salim Basyarahil, Jakarta : Gema Insani Press, 1991
[2]Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya : Usaha Nasional, 1994

 


Rasulallah SAW menjelaskan bahwa aktivitas seseorang yang beragama islam baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu tanpa dibatasi waktu maupun usia, belajar suatu ilmu pengetahuan untuk mencari ketenangan jiwa (memantapkan kebenaran) agama islam sedalam-dalamnya dan memperoleh ridha Allah SWT semata, orang yang berilmu terhindar dari kebodohan/ kefakiran sehingga dapat mengangkat kehormatan diri dan bersikap rendah hati terhadap guru atau orang yang mengajarinya supaya ilmunya bermanfaat. Pada buku qobasun min nuri muhammad saw bab ilmu pengetahuan, Rasulallah SAW bersabda yang artinya : 

Artinya :Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.(H.R.Athabrani)[1]


[1]M. Faiz Almath, Qobasun min Nuri Muhammad SAW (1100 Hadits Terpilih; Sinar Ajaran Muhammad); Penterjemah A.Aziz Salim Basyarahil, Jakarta : Gema Insani Press, 1991 


kitab suci Al-Qur’an menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian seseorang manusia dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau keberhasilan dalam menguasai sains pada umumnya dan dengan ilmu pengetahuan kealaman yang dimilikinya atau yang dikuasai untuk dijadikan sumber teknologi bagi kesejahteraannya dalam memanfaatkan lingkungan yang dikelolanya dengan baik sehingga pantas disebut “khalifah di bumi”. Keberhasilan keteknikan (IPTEK) bergantung pada kemampuan orang memilih kondisi yang mendorong alam untuk bertindak seperti yang diinginkan, sudah barang tentu tingkah laku alam raya ini dikendalikan oleh sunnatullah (hukum alam). Hal tersebut termaktub dalam ayat suci Al-Qur’an surah Al-Jaatsiyah ayat 13, Allah berfirman yang artinya :

Artinya :”Dan Dia (Allah) menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(Q.S.Al-Jaatsiyah : 13)[1]

Ayat tersebut menyatakan bahwa seluruh isi langit dam bumi akan ditundukkan Al-Khaliq (Allah SWT) bagi umat manusia dengan keteknikan atas keberhasilan dari penerapan sains dan diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya, menggunakan pikirannya untuk terus belajar dan belajar hingga menemukan sesuatu hal baru yang memiliki manfaat yang luar biasa. Kata-kata “Allah menundukkan”, menegaskan kepada manusia bahwa Allah SWT menundukkan segala ciptaan-Nya dengan peraturan-Nya sehingga orang mengambil faedahnya sepanjang ia bertindak sesuai peraturan-Nya.[2]


[1] Al-Aliyy, Al-Quran dan Terjemahannya, Depertemen Agama RI: Diponegoro, 2005
[2] Achmad Baiquni, Al-qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996